Pemerhati-ku

Jumat, 31 Oktober 2008

Satu pertanyaan untuk diri sendiri

Satu pertanyaan untuk diri sendiri

Aku tahu bahwa kita sering kali merasakan kebahagiaan dengan memandang dan berdasarkan pada materialistik. Namun kita seharusnya juga tahu dan bisa merubah paradigma, bahwa Kebahagiaan tidak bisa dihitung secara material. Kebahagiaan itu tumbuh dari dalam dan setiap orang bisa menyemainya. Saya akan bahagia, ketika sudah menemukan kebahagiaan dalam diri saya dalam kehidupan.

Bukankah tidak sulit untuk mendapatkan kebahagiaan. Karena kebahagiaan adalah sebuah latihan, dia selalu ada di ambang pintu hati kita. Yang perlu kita lakukan adalah mengucapkan selama datang, tetapi kita sering tidak sadar dan tidak terampil untuk menyadari. Orang harus melatih diri untuk bahagia, dengan bersyukur.

Terkadang kita menemukan hambatan menuju kebahagiaan, namun perlu kita camkan bahwa sebagian besar hambatan ada dalam diri kita, bukan berasal dari luar. Tentu saja ini menyangkut kepentingan.

Dan semua orang pasti tahu dan menyadari bahwa yang namanya kepentingan. Ketika menyangkut kepentingan diri sendiri, kita marah, bingung, kesal, dan kadangkala memprotes. Tetapi bila kepentingan orang lain terabaikan kita diam dan bahkan pura-pura tidak tahu.

Untuk itulah dalam semua keterbatasan dalam berbagai hal. Kita harus bisa menunjukkan dan melakukan paradigma sifat, seperti perubahan paradigma.

Tentukan jalan yang akhirnya mengakhiri hidup kita, terutama kematian. Tapi seperti orang lain. Hingga sekarang aku belum tahu dan kapan aku siap untuk mati secara terhormat. Padahal aku tahu, ketika aku tidak bisa menentukan kapan waktu harus mati. Kita tidak akan menemukan kebebasan.

Sekarang bukankah orang yang mati saat dilahirkan adalah kebahagiaan utama, sedikit beruntung ketika dia mati muda, dan sial hidupnya jika sampai usia tua lantas meninggal dalam kesendirian. Ketuaan adalah kesunyian. Serupa usia. Atau mungkin waktu yang juga tua. Pada akhirnya kita memang tak akan dapat mengelak dari kesendirian. Rindu hanyalah sebatas keinginan. Apa pun selebihnya adalah milik Tuhan.

Renungkan mulai sekarang dan mungkin hingga kematian menjemput layaknya sebuah tangan gaib yang tiba-tiba datang dan tak terasa mencekik kita kuat-kuat. “Bukankah kita sudah menjadi pahlawan dalam kisah hidup kita masing-masing
KAYSER SOZE

Tidak ada komentar: