Pemerhati-ku

Kamis, 10 Maret 2011

Goresan secarik hati

Di sepanjang malam yang telah aku lalui. Selalu muncul pertanyaan tentang apakah aku sudah bisa menulis dan menghasilkan karya. Jika cuma goresan-goresan huruf di kertas kosong, itu aku sudah lakukan dari banyak tahun lalu.
Terus terang, semua yang kuhasilkan itu tanpa niat dan hanya iseng belaka. Jika pun sudah berhasil menjadi tulisan panjang, kiranya ketika dibaca dengan seksama tulisan itu tidak punya ruang dan memiliki arti.
Jangankan tulisan panjang. Untuk tulisan pendek saja, yang katakan hanya berisikan empat paragraf saja, aku pun terkadang harus dipaksa. Bahkan tidak hanya tubuhku yang harus dipaksa menulis dan merangkai huruf, otak yang sudah sehari penuh dipenuhi berbagai target serta perencaan dan sasaran harus turut serta dipaksa agar bisa menghasilkan sebuah karya yang bisa dibilang mengagumkan.
Tapi apa daya, dengan sgala upaya dan sedikit pemaksaan yang sangat berat, akhirnya memang aku bisa menyelesaikan sebuah tulisan yang katakan memakam dua halaman di layar komputerku. Tapi kembali ke kata tapi, semua itu sulit untuk dicari makna maupun pesan yang terkandung dalam tulisan itu. Bahkanpun jika bisa diartikan, makan bisa dipastikan orang yang mengartikan adalah sama-sama tidak paham dan maha tidak tahu tapi sok tahu. Sama seperti aku.
Itu dari segi tulisan saja. Sedangkan dari sisi eksplorasi untuk bahan tulisan, aku hanya sebatas deret ukur dalam sebuah pengaris yang memiliki panjang kurang dari 30 cm. Atau bisa kau katakan tidak panjang alias pendeka saja.
Dari banyak buku serta berbagai bahaan bacaan yang setiap hari aku lahan. Aku dengan mudahnya dapat mengambil kesimpulan dan gambaran bahwa penulis sebuah karya yang menurutku menarik adalah seseorang dengan kemampuan imajinasi yang luas, berwawasan luas, serta banyak pengalaman di banyak tempat. Sehingga tulisan yang dihasilkannya memiliki bobot cerita yang enak dan bisa menetramkan pembacanya.
Tidak hanya itu, runut tulisan yang bertutur alias bercerita membuat membaca tulisan yang panjang itu tidak terasa. Jika si penulis seperti mengeluarkan buku yang memiliki ketebalan hingga beberapa cm meter maka akan tetap dengan mudah dilahap dan dipahami pesannya.
Bahkan dari beberapa karya penulis terkenal, mereka tidak butuh banyak referensi untuk menghasilkan sebuah karya tulis. Dari sebuah berita di televisi, koran, maupun radio yang singkat dan padat itu, seorang penulis yang profesional mampu menghasilkan tulisan panjang berlembar-lembar. Isinya, sangat menarik dan tidak perlu didramatisir seperti koran-koran murah yang hanya sekedar membutuhkan sensasi untuk bisa lebih dikenal.
Sedang aku. Tentu saja aku berbeda dengan para penulis terkenal yang karyanya begitu banyak aku baca, atau hanya sesaat saja karena memang minat bacaku sangat rendah. Sama seperti manusia lainnya di negeri yang katanya indah ini.
Sedikit bercerita. Dari banyak karya tulis yang pernah aku hasilkan dan sedikit aku pamerkan dengan memuatnya di blog pribadi, semuanya atau bisa dikatakan sebagaian besar berasal dari diri sendiri.
Entah bertemakan cinta, kasih sayang, kesepian, kesuntukkan, kemarahan, kecemasan, kebosanan, atau malah keinginan untuk mengakhiri kehidupan ketika menghadapi masalah yang dianggap tidak memiliki jalan keluar. Semuanya berasal dari pengalaman diri sendiri.
Aku ngak tahu, apakah tulisan yang aku buat seperti tulisan Samuel Mulia yang setiap akhir pekan dimuat di media nasional dan menjadi rubrik tetap untuk dibaca. Di sana, sang penulis lebih banyak menyoroti diri sendiri serta memperlakukannya dengan mengambil satu tema yang ditemui dalam rentan satu minggu sebelumnya. Meskipun bisa dikatakan sama, mungkin itu hanya mimpi saja.
Aku tidak mengeluh. Aku hanya sedikit kecewa. Bayangkan dengan begitu banyak hal-hal yang sudah kualami serta aku dapatkan dari berbagai pengalaman serta alur kehidupan yang setiap hari berubah dan bertemu dengan banyak orang. Aku tidak bisa menghasilkan tulisan yang indah dan menarik untuk selalu dikenang banyak orang.
Kata orang, menulis itu mudah. Namun kenapa untuk aku menulis itu sangat sulit sekali. Memandang layar kosong di komputerku, aku tidak tahu harus mengisi dengan kata-kata apa untuk selanjutnya menceritakan tentang apa yang ada di dalam kepalaku ini. Aku sulit dan akan tetap merasa tidak mampu untuk menghasilkan tulisan yang indah dan akan selalu dikenang oleh banyak orang.
Mungkin, lewat tulisan ini aku akan temukan apa yang salah dalam diriku ini. Kenapa hanya diriku sendiri yang hanya bisa menulis dan menikmati tulisan hasil karya sendiri. Ya seperti kata orang, aku termasuk golongan orang yang suka ber-onani.
Jikapun kau bisa membantu, aku malah bertanya apa yang bisa kau bantu. Jika kau memberi nasehat, aku pun akan bertanya apakah aku akan bisa kau beri nasehat serta merubah hidupku.
Kawan coba kau pahami lagi aku dengan membaca tulisan dari atas hingga kebawah ini. Jika kau memang bisa menemukan solusi yang tepat untuk apa aku menulis tulisan ini. Aku mohon jangan bantu aku. Cukup hanya dengan tulisan saja kau sampaikan ke aku. Terima kasih.




KAYSER SOZE

Tidak ada komentar: