SEBUAH PILIHAN UNTUK MELAKUKAN APA YANG TIDAK DILAKUKAN OLEH ORANG LAIN....DAN AKU MAMPU
Pemerhati-ku
Minggu, 09 Agustus 2009
Catatan kecil 4 bulan ini
Catatan kecil 4 bulan ini
Mei hingga ke Agustus, kamu tahu berapa bulan yang hilang dalam hitungan dan perkiraan diriku ketika menetapkan Mei sebagai bulan penulisan dengan tema media.
Empat bulan lebih sudah berlalu. Empat bulan lebih yang barusan kusadari ternyata aku tidak menghasilkan apa-apa, tidak menulis apa-apa, dan sudah menunjukkkan ke dunia bahwa aku bukan siapa-siapa.
Empat bulan. Sekarang aku minta kamu membayangkan apa yang sudah terjadi selama empat bulan ini. Aku tentu sudah tidak ingat lagi, meskipun aku harus dipaksa selalu mengingat. Aku tidak pernah mencatat kejadian peristiwa dalam note book kecilku, aku hanya mencoba mencatatnya dalam otak kiriku.
Namun akhirnya kamu pun tahu bahwa otak kiriku kiranya berkapasitas kecil, tidak sebesar otak kananku. Ya akhirnya semua menguap begitu saja.
Menguap begitu saja semua peristiwa.
Yang kuingat, mungkin tidak ada, tapi bila kau ijinkan biarkan aku mencoba mengingat-ingat sebentar. Tentang pemilu yang bermasalah DPT, tentang bom besar yang merenggut banyak nyawa dan menimbulkan hipertensi media. Dan terakhir kemarin adalah tentang tewasnya seseorang yang dianggap menjadi legenda di negeri ini. Meskipun dia bukan anak negeri ini.
Tapi itu semua tidak membuat dadaku sesak, yang mungkin bisa kau artikan bahagia atau sedang berduka. Semuanya tidak bisa membuat aku menundukkan kepala tanda aku beduka cita dan mengenang. Semua terjadi, tercatat, dan berlalu begitu saja untuk dilupakan.
Tentang burung merak, ini yang tentunya akan selalu aki ingat.
Tentang bersatunya pelacur-pelacur Jakarta, ini juga yang selalu aku ingat.
Tentang meninggalnya orang yang tidak merasa puas dengan keadaan negeri, ini yang selalu aku hormati selama hidupnya. Dia meninggal dalam tenang dan hanya berwasiat sebuah puisi tentang merasakan rasa sakit.
WS Rendra, sang burung merak yang sudah pergi
yang mencoba, menghangus birukan semua ciptaan chairil anwar, karena dia tidak ingin generasi sekarang berotak lajang selajang babi-babi plagiat.
Selamat jalan, dan aku hanya bisa menikmati karyamu dengan tangisan malam ini di kamarku.......
KAYSER SOZE
Senin, 04 Mei 2009
tema apa bulan ini
tadi malam memang tidur sore terus. namun ada satu ide yang sempat terlintas dan langsung kusambar, serta kutancamkan dalam-dalam di batang otak biar tidak hilang. TENTANG MEDIA.
wah aku pikir akan seru ketika bicara tentang ini. dasarnya sudah punya karena memang jurusan di waktu kuliah, sekarang terjun di dalamnya, dan satu lagi. ada fenomena menarik di dunia media sekarang. bahwa beberapa koran di amerika sudah tutup ngak terbit dan ganti ke online.
beberapa tulisan sudah kukumpulkan dan rencana segera harus dilaksanakan....sebentar aku ambil nafas.....pokoknya semua tentang media. entah ideologi para pemilik media, persaingan media, pelaku media alias wartawannya, hingga konvergensi media yang sekarang ini wajib dilakukan oleh semua media yang ada.
aku optimis tulisanku akan terbit. meskipun tidak sempurna...namun aku yakin enak di baca..tunggu saja di bulan ini bulan media....salam
KAYSER SOZE
Minggu, 22 Maret 2009
Minggu, 15 Maret 2009
Sgala sesuatunya terlarang bagiku
Aku masih ingat akan satu puisi yang aku asal comot dari halaman koran nasional edisi minggu, kau mau tahu bunyinya apa membaca sendiri? Aku hanya bisa menuliskannya.
Bayang-bayang wajahmu
Di alir air, mengalir ke hilir
Yang tinggal cuma bulan
Dalam kabut, dalam kelam
Dari puisi itu aku baru sadar bahwa aku hanya mengajari menciptakan kesunyian. Sedangkan kau, harus menciptakan sendiri ketenangan absolut, disekelilingmu. Kau tinggal sendiri, jauh dari sgala sesuatu yang sudah kita pikirkan, bayangkan, dan rasakan. Kau menemukan kedamaian dn keterangan lalu kita tidak akan lagi mengalami kemarahan atau nafsu, kesedihan atau kebahagiaan. Dan terakhir kita harus keluar dari diri kita sendiri bukan?
Kamu sudah paham apa yang kurasakan, terkadang sesuatu ada yang terlarang ada yang memang dilarang. Tapi bagiku, aku merasa sekarang, sgala sesuatunya terlarang bagiku, bahkan cinta hanya impian. Andaikan kau tahu betapa ingin berbeda memimpin sepasukan tentara, sambil menciumi peperangan sembari menggumandakan nama orang yang ku cintai ribuan kali lebih menyenangkan dari pada harus tinggal di gua ini sambil menanti...apa? Mungkin bukan apa-apa.
Sekarang yang hanya bisa aku tuliskan adalah, “Dia tidak pernah bilang cinta padaku. Aku tidak pernah bilang cinta padanya. Aku ingin lari. Dia ingin lari”. Pernahkan kau merasaka berada di sisi itu?
Terkadang pula aku juga bertanya, ketika berada di dalam gua dan dalam kabut gelap gulita apa yang bisa kita lakukan? Jawabnya terkadang sederhana bahkan bisa dibuat sulit. Kau bergerak maju atas dasar penilaianmu sendiri, daya insting, dan menerka-nerka, seperti kelelawar yang buta akan apa saja. Kau juga bahkan tidak mengikut indra penciumanmu karena kabut itu masuk ke lubang hidungmu dan satu-satunya yang bisa kau cium hanyalah bau kabut tadi.
Jadi, jika kau sudah terbiasa dengan kabut, berjalan dalam kegelapan kelam sama seperti berjalan siang hari. Jadi seperti ini pulalah hidupku sekarang ini.
Sayangnya aku percaya bahwa sesutau lahir melalui chois berkat diri mereka sendiri, persisi seperti mereka memelihara diri mereka sendiri seperti kupu-kupu yangmenyerbuki bunga sehingga berkembang, lalu bunga itu memberinya makan.
Dia adalah suatu ruang yang bukan ruang, yang didalamnya kau dan aku sama, karena kita ini berada dalam waktu yang tidak mengalir.
Kau lihat ada saat ketika kesempurnaan itu sendiri muncul dalam sebuah tangan atau dalam seraut wajah, dalam semacam nuansa pada sayap bukit atau permukaan laut. Saat-saat ketika terpukau di depan keajaiban kecantikan. Aku menemukan bahwa kesempurnaan, sekalipun hanya melihat sekilas, dan hanya satu kali adalah sesuatu yang menyenangkan dan sangat halus.
Kau lihat aku masih terlalu banyak bicara, dan inilah tanda bahwa aku belum bijaksana, karena kebijaksanaan diperoleh dalam kesunyian. Tapi aku bicara kau ada di sini. Kita akan mencapai tahap yang lebih sempurna kalau kita bisa bersama-sama tanpa bicara, cukup saling menyentuh dan kamu juga akan tetap akan memahami
“Aku tidak pernah jadi seseorang ksatria, tak pernah menjadi seseorang kekasih”.
Sekali lagi, untuk yang terakhir kali.
“Waktu adalah suatu keabadian yang gagap”
KAYSER SOZE
Minggu, 01 Maret 2009
Selasa, 17 Februari 2009
Ini adalah akhir sebuah era di bumi
“Maka lewat tengah, malam ku tunggu kau di ruang tamu”
“Tapi untuk setiap pertanda itu, aku perlukan sesayat luka”
Potongan puisi itu untuk diriku adalah sebuah pertanda bahwa aku mesti hidup dan mejalani hidup dengan sendiri, tidak lebih. Mungkin kita memang lahir dari rahim seorang ibu. Tapi terus terang untuk melanjutkan hidup kita harus berusaha sendiri.
Tak kusangka kehidupan begitu berat, namun penuh makna. Kesendirian memang menganyikan namun terkadang memang membawa pesan yang penuh dengan luka yang menyayat jiwa.
Dalam hidup aku tidak ini seperti rahib. Tidak pernah bertindak dengan keingintahuan, tak pernah berjalan bersama yang tidak adil, tidak pernah merebut dengan tangan. Anehnya aku selalu berbohong, kepada diri sendiri maupun orang lain yang menemani kesendirianku.
Semua benar bahwa aku adalah pembohong. Semua sudah kujalani kehidupan ini dengan selalu berbohong hingga sampai pada suatu tingkatan sedemikian rupa. Sehingga kemungkinan besar keturunanku selalu menghasilkan berbohong. Dan kemudian aku paham, bahwa aku sekarang menjadikandiri kepada berbohong. Sehingga sulit sekali menjelaskan apa yang ada dikepalaku.
Tapi aku pernah mencoba menyampaikan dan mengatakan tentang sesuatu yang benar. Namun sia-sia, bahkan dengan wanita yang tulus aku cintai, aku tetap gagal.
“Aku menghasilkan sesuatu yang tak seorang pun percaya atau menginginkan itu aku”. Teriakki ketika kamu pergi tinggalkan aku di tengah malam sendiri.
Sekarang, yang terbaik bagiku adalah dengan menyerahkan diriku ke dalam dunai ajaib ciptaanku sendiri. Karena di sana adalah tempat paling nyaman sehingga paling tidak bisa memutuskan sendiri kejaiban-kejaiban itu.
Ketika sendiri aku selalu berpikir kematian yang dialami kita adalah sesuatu yang sangat indah. Bahkan ada orang memandang kematian sebagai titik terakhir. Namun bagiku kematian adalah sebuah hukuman yang tepat.
Dan sekarang setelah memutuskan untuk mati, aku akan mati. Biarkan aku pergi seperti yang kukatakan, dan aku akan puas, karena semakin lamu aku tinggal di sini keadaannya semakin buruk.
Sebentar, aku mau berpesan...camkan pesanku saja. Bahwa jangan percaya bahwa kita, hanya kita, yang membutuhkan Tuhan, tetapi Tuhan juga sering membutuhkan kita.
Sebagai manusai aku hanya pasrah dan tentu saja aku akan berusaha. Karena yang aku percaya, Tuhan sudah menetapkan panjang umur kita, dan kita pasrah ke kehendak-Nya. Mungkin aku akan mati besok, atau mungkin akan hidup sampai seratus tahun. Itu semua di tangan Tuhan.
Yang kuingat sekarang adalah kamu, dengan puisi aku akan selalu mengingatmu....salam
“Jejakmu di pohon-pohon purba tapi jelas.
Kuikuti jejakmu hingga ilalang panjang.
Kulukis wajahmu pada pasir putih
Yang tentu saja akan hanyut terbawa gelombang”
KAYSER SOZE
Selasa, 06 Januari 2009
untuk Nika
Kudengar rebana di detak jantung
Angin-angin berekor kuda panjang
Datang dari pulau-pulau di pantai selatan
Sepuluh jariku bernyanyi
Serta lagu seriuh pasa malam
Dengan judul namamu
Aku rindu
KAYSER SOZE
Di akhir dan awal tahun
Akhirnya aku bisa menikmati malam pergantian tahun dengan tidak meminum arak, maupun miras lainnya. Tapi tetap seperti malam-malam di tahun sebelumnya, bahwa aku selalu tidak punya rencana untuk melangkahkan kaki guna mendapatkan arah dan tujuan. Ya pada akhirnya, bagaimanapun dalam hidup ini kita harus berubah. Memang sulit untuk berubah, tetapi lebih fatal lagi jika kita tidak berubah bukan?.
Pernah aku berpikir bahwa sekarang ini apa yang aku inginkan. Ali Topan menulis bahwa dalam sisa hidupnya dia tidak menginginkan apa-apa lagi, kecuali membahagiakan anak serta istri tercintanya. Namun bagiku, aku sudah tidak menginginkan apa-apa, sama seprti kebanyakan orang lain. Kebahagiaan dan kesehatan.
Bahkan, saya selalu meminta kepada Tuhan YME supaya hidup tidak usah lama-lama, kalau bisa sampai 70 tahun saja. Daripada hidup menderita.
Sekarang aku berprinsip, berani hidup dan berani mati. Sayang saya hanya berani mati saja. Karena mati itu gampang. Mati, perkara selesai. Tetapi kita hari tahu bahwa manusia hidup setiap hari dan tidak tahu apa yang akan terjadi esok hari, itu namanya pemberani.
Tentang berani atau tidak berani? Bisakah saya melakukannya. Hidup dengan jantung deg-degan setiap saat, karena tak tahu apa yang akan terjadi nanti. Dari sisi keberanian inilah saya belajar, bagaimana memahami “menerima keadaan”. Pertanyaannya apakah saya berani menghadapi masa depan dengan keadaan ini. Apakah saya berani hidup tanpa penyesalan. Jadi mulai sekarang, saya harus belajar setiap untuk setiap saat. Tentu saja menemukan keberanian untuk mati, karena berani melakukan sesuatu berarti berani menanggung resiko.
Aku selalu menemukan dan memahami kesalahan terakhir yang aku buat, meskipun itu terkadang terulang lagi. Dari kejadian itu, saya belajar oraag harus bertanggung jawab, punya komitmen pada yang dia lakukan. Tidak rugi punya prinsip dalam hidup. Tuhan tidak rugi.
Anda tahu, manusia secara spiritual sering merasa tidak puas. Kita masing-masing lalu menciptakan cara kita sendiri dalam beribadah menghadap Tuhan, dengan membaca bacaan, misalnya.
Akhirnya sekarang, saya harus mengevaluasi cara saya hidup, cara saya berbisnis, cara saya menulis, dan cara saya menyelesaikan masalah. Jangan pernah bicara tentang apa kuceritakan tentang apa yang kulihat. Sebab kalian akan menyatakan aku dusta, karena aku buta.
Kehidupan itu bagai penuh dengan kemisterian dan dunia tentang setan maupun hantu. Tapi kuharap kau tetap tenang. Kau tahu mereka tidak akan menganggu, takkan melakukan apa-apa. Sepanjang kita juga tidak menganggu mereka
KAYSER SOZE