Pemerhati-ku

Rabu, 23 Februari 2011

Di tengah hujan

Lihatlah kawan hujan di malam ini
Jangan rasakan dingin menusuk
Tidak usah pedulikan, basah menyergap
Atau langit kelam tanpa bintang

Kawan...
Di tengah hujan kau bisa rasakan keindahan
Saat ribuan jarum hujan menembus kulit
Meninggalkan pedih di mata hati
Tentu saja, kita akan kehilangan sedih dan lara hati

Layaknya anak kecil
Kita bisa bergembira bermain hujan
Meskipun sendiri tanpa teman
Bebas menjelajah arah
Meski tanpa kompas sebagai panutan

Karena di tengah hujan
Kita sangat yakin akan banyak kawan
Yang akan turut bergembira
Tertawa
Bersuka
Dan berbagi
Walaupun ini sudah malam

Sekali lagi kawan
Jika kau memang tidak ingin berhujan
Kau pun bisa rasakan kedatangan hujan di terasmu

Sederhana saja. Nikmati bising hujan di atas atap seng

Jika kau bertanya
Dengan apa aku menikmati hujan di malam hari
Aku hanya bisa menjawab singkat

Dengan bermain dengan hujan dan mendengarkan musik yang diciptakannya

Rumahku,22-2-2011


KAYSER SOZE

Kamis, 17 Februari 2011

Sang pembakar

Ibarat matahari, aku yang paling jahat.
Jika matahari selama ini dikenal menghidupi dunia dengan penuh kehangatan.
Tidak dengan aku.
Aku memberi sinar kehancuran serta kesakitan bagi orang lain.
Sedang aku, sudah tidak peduli lagi.
Akan terus berlari seperti Sang Jalan untuk menghilangkan pedih dan perih.
Dan di ujung jalan aku akan menghilang tanpa perlu ditanya lagi.
Tidak peduli, meski itu menyakitkan hati.



KAYSER SOZE

Menjadi pemenang itu mudah

Bagaimana rasanya menjadi pemenang? jika diantara kita yang hingga sekarang ini belum pernah menjadi pemenang dalam hal apapun, rasanya untuk menceritakan perasaan menjadi pemenang adalah hal mustahil yang bisa dilakukan. Paling banter adalah mencoba menceritakan kembali ekspresi kemenangan yang sering kali hanya bisa dilihat di televisi maupun foto di koran yang dijadikan hiasan kamar kepada mereka yang memang dengan terpaksa mendengarkan karena tidak adanya bahan pembicaraan lainnya. Itupun sudah sering diutarakan berulang kali sehingga bisa ditebak arah ceritanya.
Jika kalian adalah bagian dari orang yang sudah saya sebutkan diatas, maka berbahagialah bila sekarang ini kalian kami sebut dengan nama pencundang! Karena selain tidak bisa meraih kemenangan yang bisa membanggakan diri maupun orang lain, kalian malah berkoar-koar dan bermulut besar menceritakan kemenangan orang lain.
Bukannya aku congkak atau kata orang awam sombong dan besar kepala. Tapi dalam tulisan yang kususun ini, aku pingin menceritakaan tentang perasaan menjadi pemenang meskipun hanya juara tiga.
Tentu saja, perasaan pertama kali yang muncul adalah perasaan bahagia telah mengalahkan pihak lawan. Itu tandanya kita atau sebut saja saya adalah orang yang berjenis memiliki keunggulan, talenta, dan kemauan yang lebih keras dan besar dibandingkan dengan lawan yang saya hadapi. Dan dengan kemenangan yang berhasil saya raih, maka dapat dipastikan saya akan mendapatkan perhatian lebih dari orang lain dan itu merupakan kehormatan yang pantas diperoleh seorang pemenang.
Inilah gambaran perasaan menjadi pemenang. Padahal kemenangan yang saya raih tidaklah besar, berhasil menjadi juara tiga dalam pertandingan futsal antar profesi yang digelar hari ini. Tetapi dengan tegas saya katakan bahwa itu membuat saya bangga.
Coba bayangkan bagaimana bahagianya menjadi pemenang dalam kelas yang paling rendah itu. Ini belum lagi saat kita berhasil menjadi pemenang di tingkat yang lebih tinggi atau dunia. Bisa dibayangkan, saat mengenggam medali kejuaraan dunia, semua orang tidak ada artinya dan hanya kita yang layak mereka agung-agungkan.
Apakah sekarang anda tertarik untuk menjadi seorang pemenang?
Terus terang menjadi pemenang itu sangatlah mudah. Tidak saja di bidang olah raga saja, kita juga bisa menjadi pemenang di pekerjaan yang sekarang ini kita lakukan. Jika ada memang berkinginan kuat menjadi pemenang, modal utama yang harus kalian miliki dahulu adalah semangat serta niat untuk menjadi yang lebih baik dibandingkan yang lain.
Tentu saja, modal lainnya yang dibutuhkan nantinya tidak hanya semangat dan niat saja, namun kerja keras, kemauan, dan kerja sama dalam tim merupakan modal besar yang sangat dibutuhkan dalam meraih kemenangan. Selain itu, belajar cepat dari banyaknya kesalahaan dan segera melakukan perbaikan juga wajib diperlukan. Karena saya yakin, jika kita tidak segera belajar dari kesalahaan dan kekalahaan kita tidak akan pernah bangkit untuk mengejar kembali kemenangan itu.
Satu lagi, agar bisa merasakan hakekat kemenangan yang kita raih dan menjadi kenangan besar dalam siklus hidup kita. Yang perlu juga dilakukan adalah merasakan juga kekalahaan yang pernah kita rasakan.
Tidak terus meratapi kekalahaan. Karena saya juga pernah dan seringkali merasakan kekalahaan, karena itu kekalahaan juga merupakan modal besar karena itu dibutuhkan sebagai empati kepada kawan kita yang kalah saat kita menjadi pemenang.
Terakhir kawan, dalam mengejar kemenangan jangan pernah menyerah, ragu dalam mengambil tindakan, serta teruslah belajar. Karena kemenangan hanya bisa diraih dengan usaha, sisanya hanyalah sekedar doa. Prinsipnya, mengejar kemenangan dalam hidup adalah hakaket hidup sesungguhnya.
Kejarlah terus kemenangan itu, karena dia hanya berjarak 3 cm di depanmu. Salam.


KAYSER SOZE

Minggu, 06 Februari 2011

Kalangwan

Istirahat sejenak di pagi hari usai olahraga lari, sebuah buku tebal yang tergeletak di lemari bedak istri menyita perhatianku. Buku karya Zoetmulder, Guru Besar Sastra Jawa Unoversitas Gajah Mada yang tertera dicetak pada 1973 diberi judul “Kalangwan”.
Sepintas terlintas pertanyaan apa yang dimaksud dengan orang Belanda dengan memberi judul buku yang ditulisnya dengan bahasa aneh yang mungkin hingga sekarang ini sangat jarang didengar kalangan masyarakat umum.
Satu-satu persatu halaman buku yang aslinya ditulis dalam bahasa Belanda itu dan menjadi pegangan wajib mahasiswa Sastra Jawa dimanapun terbuka dan aku pun terhanyut dalam ribuan kata yang tertera. Kalangwan, satu kata baru yang merasuki otakku dan terus-menerus mencari artinya.
Tidak susah memang untuk menemukan arti kata baru itu, yang ternyata oleh Zoetmulder pengertian Kalangwan itu ditempatkan di awal bab pertama dan langsung bisa dipahami oleh pembaca bukunya.
Kalangwan, adalah salah satu kosakata dalam bahasa Jawa Kuno yang memiliki arti “Keindahan”. Sedikit tambahan, menurut istriku, yang nota bene pemilik buku itu, Kalangwan itu berasal dari kata dasar Lange, yang artinya indah.
Menarik apa yang akan disajikan dalam buku yang memiliki sekitar 12 bab itu. Menurut Zoetmulder, kalangwan itu adalah kosakata yang ditujukan pada hasil sastra Jawa Kuno yang ditulis dalam aksara Jawa yang beberapa masih bisa ditemui hingga sekarang.
Bagi Zoetmulder, karya sastra dari sentra kebudayaan Indonesia ini sangatlah menarik dan unik. Bahkan bila ditilik dari isi serta pesan yang disampaikan dalam sastra itu, kita bisa belajar dengan berbagai hakekat kehidupan manusia dan cara-cara mengatasi permasalahaan kehidupan yang terkadang membuat kita kebinggungan.
Bahkan menurut istriku yang sudah tamat mempelajari buku ratusan halaman itu, dalam beberapa bab juga diungkapkan berbagai ramalan jaman yang akan terjadi di Indonesia.
Hingga aku membuat tulisan ini, terus terang yang menjadi pertanyaanku hingga sekarang ini, kenapa harus mesti orang luar yang peduli dan berpikir untuk melakukan penelitian terhadap bahasa yang sehari-hari digunakan oleh sebagao bear penduduk Jawa. Bahkan orang yang bukan asli Indonesia itu mampu menyajikan hasil karyanya dengan sangat menarik dan memikat pembaca untuk tidak bosan menyelesaikan bacaan itu.
Lantas, kemana sekarang larinya para akademisi-akademisi yang serupa dengan Zoetmulder. Boleh saja, universitas membanggakan akan lulusan terbaik yang bisa dihasilkan dalam sastra Jawa. Namun masyarakat kiranya menunggu hasil yang pasti akan kelestarian bahasa Ibu kita yang sekarang ini kondisinya memprihatikan.
Coba perhatian lingkungan sekitar kita saja, sastra Jawa atau apapun yang menyangkut tentang Jawa, coba ditinggalkan dan tergantikan dengan bahasa baru yang nyatanya keluar dari pakem aslinya.
Terus terang, studi tentang Bahasa Jawa awalnya menjadi minat khususku untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Alasanku Cuma satu, yaitu agar bisa pergi ke Belanda guna bisa belajar dan mengambil kembali apa yang sudah mereka rampas selama 350 tahun yang lalu.
Ya meskipun cita-cita tidak kesampian, namun Tuhan sudah menentukan jalanku yang lain. Aku mendapatkan istri yang dulu menempuh studi itu, sehingga aku bisa belajar banyak tentang Kebudayaan Sastra Jawa yang seumur hidupku tidak pernah terangkum dengan jelas dalam pendidikanku.


KAYSER SOZE