Pemerhati-ku

Minggu, 22 Maret 2009

Minggu, 15 Maret 2009






KAYSER SOZE

Sgala sesuatunya terlarang bagiku

Sgala sesuatunya terlarang bagiku

Aku masih ingat akan satu puisi yang aku asal comot dari halaman koran nasional edisi minggu, kau mau tahu bunyinya apa membaca sendiri? Aku hanya bisa menuliskannya.

Bayang-bayang wajahmu
Di alir air, mengalir ke hilir
Yang tinggal cuma bulan
Dalam kabut, dalam kelam

Dari puisi itu aku baru sadar bahwa aku hanya mengajari menciptakan kesunyian. Sedangkan kau, harus menciptakan sendiri ketenangan absolut, disekelilingmu. Kau tinggal sendiri, jauh dari sgala sesuatu yang sudah kita pikirkan, bayangkan, dan rasakan. Kau menemukan kedamaian dn keterangan lalu kita tidak akan lagi mengalami kemarahan atau nafsu, kesedihan atau kebahagiaan. Dan terakhir kita harus keluar dari diri kita sendiri bukan?

Kamu sudah paham apa yang kurasakan, terkadang sesuatu ada yang terlarang ada yang memang dilarang. Tapi bagiku, aku merasa sekarang, sgala sesuatunya terlarang bagiku, bahkan cinta hanya impian. Andaikan kau tahu betapa ingin berbeda memimpin sepasukan tentara, sambil menciumi peperangan sembari menggumandakan nama orang yang ku cintai ribuan kali lebih menyenangkan dari pada harus tinggal di gua ini sambil menanti...apa? Mungkin bukan apa-apa.

Sekarang yang hanya bisa aku tuliskan adalah, “Dia tidak pernah bilang cinta padaku. Aku tidak pernah bilang cinta padanya. Aku ingin lari. Dia ingin lari”. Pernahkan kau merasaka berada di sisi itu?

Terkadang pula aku juga bertanya, ketika berada di dalam gua dan dalam kabut gelap gulita apa yang bisa kita lakukan? Jawabnya terkadang sederhana bahkan bisa dibuat sulit. Kau bergerak maju atas dasar penilaianmu sendiri, daya insting, dan menerka-nerka, seperti kelelawar yang buta akan apa saja. Kau juga bahkan tidak mengikut indra penciumanmu karena kabut itu masuk ke lubang hidungmu dan satu-satunya yang bisa kau cium hanyalah bau kabut tadi.

Jadi, jika kau sudah terbiasa dengan kabut, berjalan dalam kegelapan kelam sama seperti berjalan siang hari. Jadi seperti ini pulalah hidupku sekarang ini.

Sayangnya aku percaya bahwa sesutau lahir melalui chois berkat diri mereka sendiri, persisi seperti mereka memelihara diri mereka sendiri seperti kupu-kupu yangmenyerbuki bunga sehingga berkembang, lalu bunga itu memberinya makan.

Dia adalah suatu ruang yang bukan ruang, yang didalamnya kau dan aku sama, karena kita ini berada dalam waktu yang tidak mengalir.

Kau lihat ada saat ketika kesempurnaan itu sendiri muncul dalam sebuah tangan atau dalam seraut wajah, dalam semacam nuansa pada sayap bukit atau permukaan laut. Saat-saat ketika terpukau di depan keajaiban kecantikan. Aku menemukan bahwa kesempurnaan, sekalipun hanya melihat sekilas, dan hanya satu kali adalah sesuatu yang menyenangkan dan sangat halus.

Kau lihat aku masih terlalu banyak bicara, dan inilah tanda bahwa aku belum bijaksana, karena kebijaksanaan diperoleh dalam kesunyian. Tapi aku bicara kau ada di sini. Kita akan mencapai tahap yang lebih sempurna kalau kita bisa bersama-sama tanpa bicara, cukup saling menyentuh dan kamu juga akan tetap akan memahami

“Aku tidak pernah jadi seseorang ksatria, tak pernah menjadi seseorang kekasih”.

Sekali lagi, untuk yang terakhir kali.

“Waktu adalah suatu keabadian yang gagap”


KAYSER SOZE

Minggu, 01 Maret 2009


KAYSER SOZE