Pemerhati-ku

Sabtu, 06 September 2008

Sekelumit tentang Tan Malaka

Sekelumit tentang Tan Malaka


Tan Malaka, salah satu bapak pendiri republik Indonesia yang kebanyakan berada di belakang layar dan sangat dekat dengan rakyat jelata, ternyata sudah dilupakan oleh anak bangsa. Anak bangsa hanya kenal Tan Malaka sebagai penulis buku berjudul Madilog (materialistik, dialektika, dan logika). Namun banyak anak bangsa yang menggangap bahwa Tan Malaka adalah soerang komunis yang atheis.


Saya mendapatkan kata-kata yang dikeluarkan oleh orang minang yang lebih suka dipanggil dengan nama Bung ini. Mungkin dari sini kita bisa melihat sedikit seperti apa kepirbadian dan tujuan hidup dari Tan Malaka.


Ketika menghadap Tuhan, saya seorang muslim. Tapi bilamanakah berhadapan dengan manusia lainnya saya bukan muslim”


Mengajari anak-anak Indonesia saya anggap sebagai pekerjaan tersuci dan terpenting”


dari dua pernyataan tersebut kiranya kita bisa menilai bagaimana tujuan dan kepribadian dari seorang yang sering dilupakan dan malah dimusnahkan oleh anak bangsa sendiri. Bagi saya Tan Malaka tidak akan hilang, kerena dia sudah pernah hilang dalam kegelepan demi memperjuangkan nasib anak bangsa.



Setiap calon sering lupa, bahwa sesekali seseorang memilih sebuah profesi, mereka harus bereaksi secara tuntas”.



KAYSER SOZE

KAYSER SOZE

Lagi-lagi FPI

Lagi-lagi FPI


ini sekali lagi tentang kegiatan organisasi masyarakat (Ormas) yang menamankan dirinya Front Pembela Islam (FPI) di lingkungan sosial yang heterogen di indonesia. Sudah dilarang dan akan ditindak tegas oleh aparat keamanan sesuai hukum yang berlaku, jika mereka masih melakukan upaya penegakan hukum sendiri, eh masih nekad saja.


Ibarat papatah banyak jalan menuju roma. Kali ini yang dilakukan oleh FPI bisa dikatakan banyak kegiatan untuk membesarkan nama dan ditakuti orang. Masih ingat menjelang bulan puasa, pemerintah sudah mengumumkan akan menindak tegas segala upaya penegakan hukum atas penutupan tempat maksiat selama bulan ramadan karena itu adalah hak dari aparat. FPI bisa dikatakan tidak punya taji lagi atau tidak tahu harus berbuat apa yang sering kali dinamakan atas nama agama.


Nah kemarin, Sabtu (6/9) FPI wilayah Jateng-DIY mempunyai cara lain untuk bisa tetap eksis disebut pembela agama Allah. Tidak bisa melakukan penutupan, apalagi melakukan pengerusakan tempat-tempat maksiat di seluruh wilayah Yogyakarta. Mereka melakukan bentuk intimidasi dengan cara lain.


Beberapa anggota FPI sabtu sore tersebut berkeliling sepanjang kota Yogyakarta dan mendatangi beberapa rumah makan yang tetap bukan. Tanpa banyak basa-basi mereka langsung memberikan selebaran yang berisikan himbau agar rumah makan tersebut besoknya harus tutup sehari penuh dan diperbolehkan lagi buka pada sore hario.


tujuannya adalah untuk mengajak mereka menghormati saudara-saudara muslim yang sedang melakukan ibadah puasa. Jika memang himbaun ini tidak dihindahkan hingga tiga kali maka kami akan melakukan langkah tegas dengan menutup paksa rumah makan tersebut. Rencana ini sedang kita kordinasikan dengan kepolisian dan pemerintah,” kata Korlap FPI yang meminta namanya di sebut dengan Gus Tommy.


Wah, apa namanya ini dan siapa sih mereka?, begitu pikir saya. Sebab kita ini hidup di sebuah negara heterogen yang banyak hidup orang-orang yang berkeyakinan berbeda dan tentunya ini adalah negara hukum. Memang kenapa kalau warung tersebut buka dan ada orang yang makan di sana, sebab tidak hanya kaum non muslimin saja yang tidak berpuasa membutuhkan mereka. Bisa saja kaum muslim yang tidak berpuasa membutuhkan mereka untuk mengisi perut kala lapar.


Bukan hanya itu, saya berpikir mereka ini apa pemimpin yang bisa menghidupi orang lain dengan menghentikan salah satu upaya untuk mendapatkan uang demi hidup. Bayangkan, jika warung-warung tersebut tutup, mereka mendapatkan uang dari mana?.


Bisa saja, buka pada pukul 15.00 WIB, tapi bayangkan berapa jam mereka buka dan siapa saja yang pembelinya?. Sebab dengan rentan waktu yang hanya tiga jam tersebut pembelinya mungkin hanya orang-orang yang berkeinginan berbuka atau makan sore, selebihnya mereka akan kembali ke rumah karena sudah kenyang.


Terus terang secara pribadi saya sangat mengencam tindakan intimidasi yang dilakukan oleh ormas yang menamakan FPI tersebut. Dan saya dengan tegas mendukung langkah aparat kepolisian yang akan menindak tegas dan menghukum sesuai aturan bagi mereka yang tidak mau menuruti hukum.





KAYSER SOZE

Seragam Khusus, Bukan Inisiatif KPK

Seragam Khusus, Bukan Inisiatif KPK

Banyaknya pihak yang mendesak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk segera mengesahkan seragam khusus tersangka koruptor mendapat tanggapan dari Ketua KPK, Antasari Ashar. Menurutnya, pihaknya sekarang ini belum bisa mengesahkan atau mempersetujui pengunaan seragam khusus koruptor, dikarenakan ide mengenai hal tersebut tidak berasal dari pihaknya dan sedang dalam wacana.

Hal inilah yang dikatakan oleh Antasari ketika berbicara dalam talk show tentang penanganan korupsi di Indonesia dari perpektif hukum, ekonomi, dan ham di kampus Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Jalan Cik Ditiro kemarin sore (4/9). "Saya sendiri secara pribadi sebagai ketua KPK, hingga hari ini tidak pernah mengeluarkan statemen tentang pengunaan baju khusus koroptur. Namun tiba-tiba banyak orang datang ke kantor pusat KPK dan memberikan contoh banyak baju. Itu semua bukan usulan kami," tegas Antasari.

Mengenai hal itu kebenaran yang sesungguhnya adalah bahwa wacana pengenaan baju khusus koruptor tersebut berasal dari salah satu wakil ketuanya saat didesak oleh wartawan pada suatu acara di Jakarta. Oleh wartawan ditanya, adakah upaya dari KPK untuk tidak membedakan tersangka dari mata hukum, semisal pengunaan seragam khusus. "Wakil ketua saya menjawab, bahwa hal itu sedang diwacanakan. Lalu tiba-tiba terjadilah kasus itu," ujar Antasari.

Tapi memang benar, bahwa sekarang ini pihaknya sedang membicarakan secara serius wacana tentang pengenaan sesuatu atau make-up kepada koruptor agar sama di mata hukum. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa selama di dalam penjara titipan, baik di penjara Mabes Polri maupun Polres yang ditunjuk, koruptor lebih banyak dibedakan dengan pejahat yang lain.

"Bahkan kadang-kadang ketika melakukan peninjauan, saya sulit membedakan mana tersangka mana penjenguk. Karena mereka sama-sama menggunakan baju yang bagus. Ini berbeda dengan pejahat lainnya yang ketika tertangkap mereka langsung mengenakan seragam khusus," jelasnya.

Tapi secara khusus pengenaan aksesoris maupun make-up tersebut haruslah sopan dan memenuhi tata krama, baik dari sisi HAM maupun peraturan peradilan ketika tersangka disidang.

Bukan hanya tentang seragam saja yang diklarifikasi oleh Antasari, acara di televisi yang secara khusus membeda kasus korupsi di Indonesia juga mendapat keberatan darinya sebagai Ketua KPK. "Acara tersebut semisal Kumpulan Perkara Korupsi (KPK) di Indonesia yang ditayangkan oleh salah satu televisi. Saya memandang bahwa acara itu membuat penonton mempunyai pandangan bahwa KPK sudah menzalimi atau berbuat sewenang-wenang terhadap seseorang yang belum terbukti bersalah melakukan korupsi," kata Antasari.

Sebab dari pemeriksaan khusus terhadap acara tersebut, ternyata acara tersebut lebih banyak memuat bukti-bukti yang sudah dikeluarkan dalam persidangan, dan itu bisa diambil bebas oleh pers. Sedangkan dari KPK sendiri tidak pernah mengeluarkan bukti-bukti kuat yang ditemukan tentang keterlibatan seseorang dalam sebuah perkara korupsi. "Bukti-bukti maupun rekaman penyadapan yang kita dapat, secara khusus kita gunakan untuk menangkap tersangka. Bagaimana kami bisa menyebarkan kepada publik, bisa-bisa tersangka malah melarikan diri," tegasnya.

Antasari dalam talk show kemarin sore juga meminta keterlibatan masyarakat untuk membantu memberantas atau penangganan dini segala tindak pidana korupsi yang banyak dilakukan oleh pemegang kekuasaan. Semisal dengan mempertanyakan tentang transparasi pembelanjaan anggaran dalam APBN yang ditentukan setiap tahunnya, baik di pusat maupun di daerah. Hal ini akan memudahkan masyarakat mengawasi serta menilai ada tidaknya kebocoran anggaran tersebut dalam laporan pertanggungjawaban.




KAYSER SOZE